Halaman

    Social Items



Inilah Fakta Sebenarnya Tentang Prabowo Subianto Yang Tidak Terungkap Media - Jika kita bicara tentang sosok Prabowo Subianto, mungkin bagi yang tahu pasti akan di kaitkan dengan tragedi kerusuhan Mei 1998 dimana Prabowo Subianto menjadi salah satu aktornya. Itu yang di gemborkan media yang mungkin Anda tahu. Tapi tahukah Anda bahwa sebenarnya faktanya tidak seperti itu, sebenarnya Prabowo Subianto lah yang di jadikan kambing hitam dalam tragedi Mei 1998. Anda penasaran ?, mari kita simak ulasannya tentang fakta tentang Prabowo Subianto yang sebenarnya seperti yang ditayangkan oleh Kompas TV. Artikel ini cukup panjang sekali, jadi harap dibaca dengan sabar dan seksama ya.

Fakta Prabowo Subianto

Jum’at 14 Maret 2014, Kompas TV menayangkan Prabowo Subianto dalam acara Aiman Dan…. Prabowo adalah salah satu nama yang maju dalam pemilihan presiden Republik Indonesia. Karena posisi presiden di RI, sesungguhnya lebih berkuasa daripada presiden Amerika Serikat maupun Rusia, presiden RI haruslah yang terbaik dari yang ikut bertarung. Tulisan ini bukan sebagai kampanye, karena saya bukan kader Partai Gerindra, namun hanya untuk mengulas mengenai sosok Prabowo Subianto yang kontroversial dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Tujuannya adalah agar masyarakat mendapatkan informasi yang lengkap dan berimbang tentang calon pemimpin yang akan dipilihnya termasuk Prabowo. Mengingat begitu krontroversial dan banyaknya disinformasi mengenai tokoh yang satu ini.

Prabowo lahir di Jakarta 17 Oktober 1951. Beliau adalah mantan Danjen Kopasus (Komandan Jenderal Komando Pasukan Kuhusus), pengusaha sukses, politisi, dan calon presiden 2014. Prabowo adalah putra dari begawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo. Beliau juga cucu dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo yang merupakan anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan juga merupakan pendiri Bank Nasional Indonesia (BNI). Dari silsilahnya tampak bahwa Prabowo memiliki “darah biru” elit pemimpin Indonesia. Bahkan jauh sebelum republik ini lahir.

Prabowo menikahi Titiek, putri Presiden Soeharto. Saat ini, Titiek sendiri menjadi calon anggota legislatif dari Partai Golongan Karya (Golkar). Keputusan yang tampak prospektif saat itu namun menjadi blunder dalam hidupnya dikemudian hari. Dengan latar belakang keluarga intelektual, Prabowo mewarisi kecerdasan ayahnya. Beliau dikenal sangat cerdas di sekolah maupun di AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Meski beliau adalah alumnus AKABRI (1974), namun tidak banyak yang tahu bahwa setelah lulus SMA, Prabowo juga diterima di American School In London, Britania Raya.

Karirnya dibidang militer terbilang sangat cemerlang dan membanggakan. Karir militer Prabowo termasuk yang tercepat dalam sejarah ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Prabowo bahkan sempat disebut sebagai “The Brightest Star”. Dialah jenderal termuda yang meraih 3 bintang pada usia 46 tahun.
Sebagai sesama orang militer, Prabowo bisa dianggap sebagai “antitesa” dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mungkin karena karir beliau yang banyak diisi dengan penugasan di satuan tempur. Meski sama-sama merupakan “The Rising Star” di tubuh ABRI saat itu, SBY lebih dikenal sebagai perwira intelektualnya ABRI. Berbeda dengan SBY yang cenderung analitis dan berhati-hati dalam mengambil keputusan, sebagai perwira lapangan Prabowo cenderung cepat, take action. Saat keputusan sudah dibuat Prabowo akan menjalankannya dengan penuh “determinasi”. Beliau siap menanggung segala konsekuensinya.

Salah satu contohnya adalah perihal peristiwa penculikan aktivis yang telah mencoreng nama baik dan menjadi penyebab kehancuran karir militernya. DKP (Dewan Kehormatan Perwira) yang menyelidiki kasus ini tidak pernah mngungkapkan hasil pemeriksaannya kepada publik. Tidak juga kepada Prabowo yang notabene menjadi tertuduhnya. Tampaknya Wiranto sengaja mengambil manfaat agar prasangka publik menghukum Prabowo lebih berat daripada “dosanya”. Meski Prabowo berikeras mengatakan tak pernah perintahkan. Namun beliau mengambil alih tanggung jawab anak buahnya. “Saya ambil alih tanggung jawabnya.” Begitu kata beliau saat itu. Sikap yang harus dibayar mahal dengan hancurnya karir militer yang gilang gemilang, namun juga menunjukkan kualitas kepemimpinan Prabowo. Jika Prabowo benar bersalah, mengapa justru korban-korban penculikan seperti Pius L Lanang dan Desmond J Mahesa justru menjadi pengurus Partai Gerindra?

Meski begitu, kualitas kepemimpinan Prabowo justru sudah teruji di saat-saat paling kritis yang pernah dialami negeri ini. Bagi mereka yang lelah dengan kepemimpinan yang lemah, lama mengambil keputusan, selalu terkesan ragu-ragu tampaknya Prabowo adalah jawabannya. Bagi mereka yang muak dengan pemimpin yang sibuk selamatkan diri sendiri saat ada masalah maka Prabowo adalah pilihan yang patut dipertimbangkan. Dibanding memilih mengorbankan anak buahnya, Prabowo memilih untuk ambil alih tanggung jawab dan menanggung sendiri resikonya. Seorang kapten kapal yang baik bukanlah yang pertama selamatkan diri saat kapal tenggelam, tetapi justru yang terakhir. Seperti terlihat dalam film Titanic, ketika kapal sudah mulai tenggelam, kapten kapal memastikan semua penumpang selamat, dan akhirnya dirinya sendiri gagal selamat. Sayang, karir militer Prabowo yang gilang gemilang itu berakhir dengan cara yang kurang mengenakkan. Bahkan bisa dikatakan memilukan.

Prabowo bisa dikatakan pihak yang dikalahkan dalam proses perebutan kekuasaan dan pengaruh di tubuh militer pada masa-masa kritis tahun 1998. Berbicara tentang Prabowo kita tidak bisa lepas dari peristiwa kelam Mei 1998 yang mencoreng nama bangsa Indonesia selamanya. Sebagai pihak yang kalah Prabowo menjadi “kambing hitam” dari semua kejadian tersebut. Seperti kata pepatah, tinta sejarah adalah milik pemenang. Ini tentu saja berpotensi menjadi pengganjal pencapresannya. Stigma sebagai “penjahat kemanusiaan” pasti akan dimanfaatkan sebagai senjata lawan-lawan politiknya untuk menjatuhkan Prabowo. Jika memang benar Prabowo adalah tokoh yang bertanggung jawab terhadap peristiwa itu maka dia sudah menerima segala hukumannya. Bayangkanlah perasaan Prabowo yang karir gemilangnya di dunia militer yang begitu dicintainya itu harus berhenti dengan sejuta rasa malu dan aib. Lalu bagaimana jika semua itu tidak benar? Layakkah Prabowo tersandera oleh prasangka tanpa bukti? Lantas layak pulakah bangsa Indonesia kehilangan kesempatan untuk dipimpin oleh putra terbaiknya?

Jauh sebelum peristiwa Mei 98 proses penghancuran nama baik Prabowo sudah terjadi. Semua berawal dari rivalitas antara Prabowo dan Wiranto. Ketidak harmonisan Prabowo dan Wiranto memang sudah berlangsung sejak lama. Mungkin karena latar belakang keduanya yang jauh berbeda. Prabowo yang kosmopolitan cenderung memiliki pola pikir yang terbuka. Sementara Wiranto dengan latar belakang Jawa yang sangat kental lebih tertutup. Namun Prabowo yang terbiasa dengan persaingan terbuka sejak kanak-kanak menganggap rivalitas semacam itu sebagai hal biasa dan tidak dijadikan personal. Berbeda dengan Wiranto yang berlatar belakang sangat “Jawa Tradisional” itu, dia lebih mirip dengan Soeharto dalam menyikapi suatu rivalitas. Lihat saja nasib yang menimpa pesaing-pesaing Soeharto yang mengganggu karir militer atau politiknya di masa lalu. Jika tidak mati, membusuk di penjara. Salah satu contohnya adalah kawan saja, Fadjroel Rachman, yang sempat mendekam di Nusa Kambangan dan kehilangan teman-temannya. Fadjroel sendiri akhirnya bebas ketika Habibie menjadi presiden.

Indikasi ketidaksukaan Wiranto terlihat dengan absennya beliau sebagai Pangab (Panglima ABRI) dalam acara serah terima Pangkostrad Letjen Soegiono kepada Prabowo. Begitu juga saat pemberhentian secara hormat Prabowo sebagai perwira militer. Beliau mencopot tanda-tanda pangkat Prabowo dengan satu tangan saja. Proses berakhir secara paksanya karir militer Prabowo memang tidak bisa dilepaskan dari rivalitas perwira muda dan perwira tua. Prabowo sebagai gambaran perwira muda tentu saja menjadi sasaran tembak utama saat itu. Posisi Prabowo saat itu benar-benar terjepit. Di satu sisi dia adalah menantu penguasa yang sedang menjadi sasaran sentimen negatif rakyat. Di sisi lain akibat manuver Wiranto dkk, Soeharto yang masih punya pengaruh justru membencinya sampai ke ubun-ubun. Sampai-sampai kepada penggantinya Habibie, beliau menyampaikan pesan khusus untuk “mengamankan” Prabowo. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Semua tidak terlepas dari peristiwa Mei yang mengerikan itu. Peristiwa yang hingga kini masih menghantui republik ini.

Ada 3 tuduhan utama yang diarahkan kepada Prabowo, yaitu: Penculikan akitivis, penembakan mahasiswa Trisakti, dan dalang kerusuhan Mei 1998. Tidak satupun tuduhan tersebut yang terbukti. Seandainya Prabowo bersalah bukankah Pangab saat itu Wiranto? Bukankah sebagai panglima beliau yang seharusnya paling bertanggung jawab? Mengapa hingga saat ini Prabowo tidak pernah diberitahu tentang hasil penyelidikan DKP sehingga tidak bisa membela diri? Mengenai penembakan mahasiswa Trisakti, Wiranto juga terkesan sengaja ‘buying time’ dengan tidak mengusut kasus ini secara cepat. Akibatnya tuduhan kembali ke Prabowo, yang jadi bulan-bulanan opini publik, dicurigai sebagai orang dibalik penembakan itu. Meski banyak sekali keanehan terhadap tuduhan ini namun fitnah sudah mencapai sasaran. Dan sekali lagi Prabowo terlanjur menjadi pesakitannya. Tuduhan mengarahkan Prabowo di balik penembakan, dengan konspirasi anggota kopasus memakai seragam Polri sebagai pelaku penembakan snipper. Teori konspirasi ini tidak pernah terbukti, karena peluru snipper diatas 7 mm dan proyektil peluru tertanam di korban kaliber 5,56 mm. Sementara korban dipilih secara acak. Kalau snipper akan memilih misalnya pemimpin demo atau target pilihan. Lima hari setelah insiden Trisakti, Prabowo datang ke rumah Herry Hartanto. Di bawah Alquran dia bersumpah. Di depan Syaharir Mulyo Utomo orang tua korban, “Demi Allah saya tidak pernah memerintahkan pembantaian mahasiswa.”

Perihal keterlibatan Prabowo atas penembakan mahasiswa Trisakti, tanggal 14 Mei terjadi pertemuan di Makostrad (Markas Komanda Staf Angkatan Darat) atas inisiatif Setiawan Djodi. Pertemuan antara Prabowo dan tokoh masyarakat, antara lain: Adnan Buyung Nasution, Setiawan Djodi, Fahmi Idris, Bambang Widjoyanto. Dalam pertemuan itu Prabowo ditanya tentang keterlibatannya. Prabowo menjawab, “Demi Allah saya tidak terlibat, saya di set-up.” Menurut Buyung terlihat jujur. Peristiwa selanjutnya semakin memperkuat ketidak terlibatan Prabowo atas peristiwa penembakan mahasiswa tersebut. Puspom ABRI Sjamsu Djalal menghadapi kesulitan memaksa Kapolri Dibyo Widodo untuk menyerahkan anggotanya yang dicurigai terlibat. Disinilah peran Wiranto terlihat.

17 hari setelah insiden itu berlalu baru Wiranto memanggil Dibyo untuk memerintahkan untuk menyerahkan anggota. Itupun anggota diserahkan ke Polda bukan ke POM ABRI. Padahal Polri saat itu masih menjadi bagian ABRI dan Pangabnya adalah Wiranto. Sementara senjata sebagai barang bukti baru diserahkan tanggal 19 Juni 98. Hampir satu bulan sejak peristiwa terjadi. Kelak tahun 2000, uji balistik di Belfast, Irlandia membuktikan bahwa peluru berasal dari anggota Polri unit gegana. Siapa sesungguhnya dibalik pristiwa itu? Siapa yang beri perintah? Jelas bukan Prabowo yang sebagai Pangkostrad tidak punya jalur komando ke Polri. Dalam militer, garis komando benar-benar diterapkan. Bagaimana dengan tuduhan Prabowo sebagai otak dibalik kerusuhan Mei 98? Benarkah dia yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut? Atau kembali lagi beliau dikorbankan akibat proses perebutan kekuasaan terselubung diantara para elit militer saat itu? Apakah benar kerusuhan tersebut terjadi karena spontanitas atau ‘crime by omission’ (kejahatan karena pembiaran) atau bahkan ‘terror by design’ (teror yang didesain)?
Mari kita kembali ke zaman yang tidak mengenakkan itu. Kadang untuk mencari kebenaran sejarah kita butuh “mesin waktu”. Tampaknya kita harus memanggil Doraemon ke sini sekarang. Kita juga membutuhkan testimoni para pelakunya yang saat ini masih hidup bahkan sedang berkuasa. Sedikit dari kita yang mengetahui apa peran SBY dalam proses pergantian kekuasaan saat itu. Padahal beliau juga cukup berperan. Sudah menjadi kepercayaan umum bahwa penembakan mahasiswa Trisakti mengakibatkan terjadinya kerusuhan besar-besaran. Benarkahkah demikian? Bukti-bukti menunjukkan bahwa kerusuhan Mei 98 itu bukanlah spontanitas kemarahan warga akibat peristiwa Trisakti. Adakah rekayasa pihak tertentu atau setidaknya pembiaran sehingga peristiwa itu bisa terjadi? Mari kita lihat secara jernih bukti-bukti yang ada.

Satu peristiwa yang bisa dijadikan kunci keterlibatan Wiranto pada peristiwa tersebut adalah kepergiannya ke Malang saat ibukota sedang genting-gentingnya. Sebab Wiranto sudah tahu akan ada kerusuhan di ibukota, tetapi tetap bersikukuh untuk pergi ke Malang. Acara di Malang adalah serah terima PPRC dari Divisi I ke Divisi II. Wiranto menjadi Inspektur upacara (irup) nya. Sebenarnya itu adalah acara rutin yang bisa diwakilkan. Bayangkan, untuk serah terima Pangkostrad saja dia bisa berhalangan hadir. Bagaimana mungkin dalam kondisi ibukota yang genting dia sebagai pemegang kunci komando lebih memilih jadi irup acara seremonial seperti itu? Sangat tidak bisa diterima akal sehat.

Apalagi mengingat tanggal 13 Mei malam Wiranto memimpin rapat Garnisun Jakarta untuk menanyakan situasi terakhir. Lebih mencurigakan lagi bahwa Kasum TNI Fahariur Razi saat itu sudah ditunjuk Pangkostrad Prabowo menjadi irup di Malang. Tetapi sekonyong-konyong diambil alih oleh Wiranto. Suatu kebetulan atau kesengajaan? Mungkinkah Wiranto sebagai Pangab tidak tahu menahu kondisi Jakarta? Dalam kondisi ibukota terjadi kerusuhan Wiranto malah pergi ke Malang dengan mengajak komandan-komandan seperti Danjen kopasus, komandan Marinir, dll. Lebih mencurigakan lagi sebenarnya Prabowo sudah brulang kali menghubungi Wiranto untuk membatalkan kepergiannya.

Wiranto menjawab “Show must goon”. Ini mirip dengan Soeharto tahu akan gerakan 30 September namun sengaja tidak melakukan tindakan apapun untuk mencegahnya.
Sebelumnya, saat situasi makin mengarah rusuh 12 Mei 1998 Panglima TNI Wiranto tidak memerintahkan pasukan untuk berada di Jakarta. Atas permintaan Pangdam Jaya yang mendapat perintah dari Mabes ABRI, Pangkostrad Prabowo kemudian membantu pengamanan ibukota. Pangkostrad Prabowo kemudian membantu Pangdam Jaya dengan mendatangkan pasukan dari Karawang, Cilodong, Makasar, dan Malang untuk membantu Kodam. Tetapi sekali lagi Wiranto tidak mau memberi bantuan pesawat Hercules sehingga Prabowo mencarter sendiri pesawat Garuda dan Mandala.

Seharusnya jika negara dalam keadaan genting seperti itu panglima wajib mengambil alih komando dan secara fisik wajib berada di lokasi. Tetapi yang terjadi justru tidak terlihat sedikitpun i’tikad baik Wiranto untuk mencegah terjadinya kekacauan yang menelan korban hingga ribuan orang tersebut. Anehnya justru belakangan kubu Wiranto yang melemparkan kesalahan kepada Prabowo yang dianggap mengakibatkan kerusuhan itu. Bukankah Wiranto sudah menggelar rapat Garnisun tanggal 13 Mei untuk menanyakan situasi terakhir? Apakah Zaki Anwar Makarim sebagai ketua Badan Intelijen ABRI tidak pernah mengingatkan Wiranto akan ada kerusuhan? Bukankah Prabowo sendiri sudah mengingatkan Wiranto akan terjadi kerusuhan dan mencegahnya pergi ke Malang? Mengapa Wiranto tidak bergeming? Lantas apa sebenarnya tujuan Wiranto membentuk Pam Swakarsa? Pam Swakarsa ini rencananya akan dipakai sebagai perlawanan kalangan sipil terhadap demo yang semakin menjadi-jadi saat itu. Untuk Pam Swakarsa sendiri, memiliki produk “unggulan” yaitu Front Pembela Islam (FPI) yang kemudian direspon oleh hadirnya Jaringan Islam Liberal (JIL). Namun belakangan dicurigai bahwa justru Pam Swakarsa inilah salah satu penyulut kerusuhan Mei tersebut. Jauh sebelum peristiwa Mei terjadi, mantan Kakostrad Kivlan Zein bersaksi bahwa dialah yang diperintahkan Wiranto untuk membentuk Pam Swaraksa.

Mengapa Wiranto menolak permohonan bantuan Hercules Prabowo sehingga dia harus mencarter sendiri pesawat Garuda dan Mandala? Mengapa saat Prabowo mengerahkan pasukan untuk berusaha menghentikan penjarahan “sistematis” toko-toko, justru Panglima TNI melalui Kasum Fahariur Razi malah melarang pengerahan pasukan untuk membantu Kodam Jaya? Mengapa panser-panser dan pasukan yang sudah siap saat itu tidak bisa bergerak karena menunggu perintah yang tidak kunjung datang? Keragu-raguankah atau kesengajaan? Yang jelas akibatnya ribuan nyawa melayang sia-sia, ratusan wanita diperkosa, aset-aset pribadi dibumi hanguskan.

Bukti lain semakin mengarah kepada Wiranto sebagai dalang sesungguhnya dari kerusuhan Mei 98 dari pengakuan mantan Ka Puspom ABRI Sjamsu Djalal. Melihat kondisi ibukota yang semakin tidak terkendali, beliau menyarankan untuk memberlakukan jam malam. Namun Wiranto tidak bergeming. Artinya ada lebih dari satu orang yang memberi peringatan kepada Wiranto saat itu. Jadi keputusannya berangkat ke Malang adalah bagian dari “rencana”. Makin terkuak disini bahwa Prabowo yang justru berupaya mengamankan situasi malah dijadikan kambing hitam sebagai pelaku kudeta.

Berita Ini Di Rangkum Dari Berbagai Sumber Terpercaya.

FAKTA 1998 PRABOWO SAMA SEKALI TIDAK BERSALAH !!!



R.M Margono Djojohadikusumo, turunan ke-13Adipati Mrapat .

Kakek Prabowo Subianto, RM. Margono Djojohadikusumo, adalah generasi muda nasionalis awal kelahiran 16 Mei 1894. Dia adalah nasionalis muda angkatandibawah Tirto Adi Suryo, Dr.Cipto Mangunkusumo, Ki Hadjar Dewantara dan seorang Indo-Belanda Danu Dirja Setiabudi (Dauwes Dekker). Margono Djojohadikusumo, tercatat sebagai putra dari daerah Lembah Serayu yang diangkat menjadi anggota BPUPKI pada tanggal 29-April – 1945, sehingga ikut serta dalam proses penggodogan Pancasila sebagai dasar negara.

Ketika Kabinet Presidentil ke-1 terbentuk dengan Bung Karno sebagai Presiden dan Moh.Hatta wakilnya, RM. Margono diangkat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung Sementara(DPAS).

Saat Kabinet Syarir terbentuk, RM.Margono mengusulkan agar NKRI membentuk sebuah bank sirkulasi. Usul RM. Margono disetujui, sehingga terbentuklah BNI. RM.Margono diangkat sebagai Direktur Utama BNI yang baru didirikan itu.

Ayah Margono adalah seorang Wedana Banyumas, menyelesaikan pendidikannya di ELS. Nampaknya dia seorang autodidak yang cerdas, hingga bisa mencapai puncak jenjang karir yang cukup tinggi. Besar kemungkinan Margono sudah lama mengenal Syahrir, melalui PNI-Baru(Pendidikan Nasionalis Indonesia), sebuah Partai Kader yang aktif memberikan kursus kursus dalam masalah politik kebangsaan dan ekonomi. PNI-Baru didirikan oleh Bung Hatta dan Syahrir, setelah Partai Nasionalis Indonesia (PNI) yang didirikan Bung Karno, membubarkan diri atas inisiatip Mr.Sartono. Mr.Sartono beralasan ditahannya Bung Karno di Penjara Sukamiskin, sebagai dasar pertimbangan untuk membubarkan partai yang berhaluan massa radikal itu.

PNI-Baru akhirnya bubar juga, setelah Hatta dan Syahrir ditangkap dan dibuang Belanda ke Digul, kemudian dipindahkan ke Banda. Tetapi Hatta-Syahrir sudah sempat membentuk jaringan kader-kadernya yang luas di seluruh pelosok tanah air, khususnya Jawa. Termasuk daerah Banyumas tentunya. Kelak kader-kader Syahrir dalam PNI-Baru itulah yang menjadi inti Partai Sosialis pimpinan Syahrir.

Nampaknya terpilihnya Margono menjadi anggota BPUPKI adalah lewat pengaruh Hatta-Syahrir yang sudah dikenalnya melalui pelatihan kaderisasi PNI-Baru. Kelak Sumitro, putranya menjadi kader partai sosialis kesayangan Syahrir yang sangat istimewa karena talenta dan bakatnya yang luar biasa dalam bidang ekonomi.

Ada yang menarik memang bila kita mengikuti rekam jejak tokoh-tokoh sosialis. Mereka rata-rata aktor autodidak yang tekun, rajin dan ulet. Syahrir sendiri adalah contohnya. Syharir tidak pernah menyelesaikan bangku kuliahnya. Tetapi dia seorang autodidak yang tangguh. Demikian pula anak didiknya yang sukses menjadi tokoh publik, seperti Sugondo Djojopuspito, Sujatmoko, Muchtar Lubis, Rosihan Anwar dan lainnya lagi. Nampaknya Prabowo pun mengikuti tradisi tokoh-tokoh sosialis yang pastilah banyak dikenalnya, seorang autodidak yang ulet. Dalam budaya autodidak di kalangan tokoh-tokoh sosialis generasi awal, Pak Harto sekalipun bukan tokoh sosialis, nampaknya terinspirasi oleh mereka. Merintis karir melalui budaya autodidak.

Ciri lain yang menonjol dari tokoh-tokoh Partai Sosialis generasi awal, ialah pandangannya yang sekuler terhadap agama, tetapi tidak anti agama.Kosmopolitan tetapi tetap seorang nasionalis dangemar melakukan perkawinan lintas agama dan kebangsaan, tetapi tetap setia kepada agama leluhurnya, Islam.

Syharir, menikahi wanita Belanda. Demikian pula Dr.Cipto Mangunkusumo, Takdir Ali Syahbana. Dan tak terkecuali Sumitro, ayah Prabowo. Bisa jadi karena menjadi menantu Pak Harto, Prabowo lebih menonjol sikapnya sebagai seorang yang nasionalis relijius dari pada ciri-ciri seorang sosialis.

Bakat intelektual dan darah pejuang nampak pada Margono Djojohadikusumo, ketika dia menata Perbankan di Indonesia. Dia lah aktor dibalik pendirian Bank Negara Indonesi. Putranya tiga orang yang juga memiliki bakat intelektual dan pejuang, yaitu Sumitro, Subianto dan Sujono.

Putra sulungnya RM.Margono, Sumitro, adalah sosok yang memiliki bakat intelektual yang luar biasa. Karena itu, RM. Margono mengarahkan pendidikan putra sulungnya, Sumitro agar bisa mengembangkan bakat intelektualnya dengan mengirimkan sekolahnya ke Universitas terbaik di Eropa. Sementara itu putra ke-2 dan ke-3, Subianto dan Sujono, rupanya memang mewari darah pejuang dari para leluhurnya. Keduanya masuk Akademi Militer Tangerang yang didirikan pada bulan November 1945 dibawah pimpinan Mayor Daan Mogot.

Pada tangggal 25 Januari 1946, meletuslah perang mempertahankan kemerdekaan di sejumlah daerah. Mayor Daan Mogot dan Mayor Wibowo dengan didamping Letnan Satu Subianto memimpin 70 siswa Akademi Militer Tangerang menuju Lengkong. Terjadilah pertempuran yang hebat, tapi tidak seimbang. Dalam pertempuran itu32 siswa Akademi Militer Tangerang itu gugur. Termasuk diantara yang gugur sebagai kusuma bangsa itu adalah Mayor Daan Mogot, Lettu Subianto(21 tahun) dan Taruna Sujono(16 tahun). Dua yang terakhir itu adalah putra ke-2 dan ke-3 dari RM.Margono Djojohadikusumo, yang berarti adik Sumitro dan pamannya Prabowo. Tentu saja saat pamannya Prabowo itu gugur sebagai bunga bangsa, Prabowo belum lahir. Prabowo baru lahir limat tahun kemudian(1951 ).

Dari Sumitro, R.M Margono mempunyai empat orang cucu, yaitu Biantiningsih Miderawati, Marjani Ekowati Le Maistre, Prabwo Subianto dan Hashim Sujono.Nama putra RM.Margono yang gugur pada usia remaja itu, diabadikan melengkapi nama dua cucunya yang putra: Prabowo dan Hashim.

RM.Margono Djojohadikusumo, wafat pada tanggal 25 Juli 1978 pada usia 78 tahun. Putra Banyumas, turunan ke-13 Adipati Mrapat itu, dimakamkan di kompeks makam keluarga para Bupati Banyumas, Dawuhan, tempat para leluhurnya menikmati istirahat abadi.

Sumber Berita : Kompas.com

Mengenal Lebih Dalam Leluhur Prabowo Subianto, Para Ksatria dari Lembah Serayu Banyumas



Info2Detik - Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria menyebut, Prabowo Subianto adalah sosok yang tegas, cerdas, berdaulat, memahami aspirasi masyarakat, serta mampu merangkul semua golongan.

Dengan berbagai kelebihan tersebut, menurut Riza, Ketua Umum Partai Gerindra itu adalah calon presiden terbaik 2019 yang dibutuhkan masyarakat untuk menyelesaikan berbagai persoalan bangsa, dan membawa Indonesia jauh lebih baik.

"Kami berkeyakinan bahwa yang dapat mengatasi masalah bangsa adalah pemimpin yang tegas, cerdas, pemimpin yang kuat, berdaulat, pemimpin yang bisa memahami aspirasi masyarakat, pemimpin yang mau bekerjasama dengan semua kelompok," kata Riza di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (8/3/2018).

"Untuk itu kami yakin bahwa pilihan itu ada pada Pak Prabowo, jadi kami optimistis terus memperjuangkan Pak Prabowo tidak hanya sebagai capres tetapi akan memperjuangkan dan yakin bakal terpilih, dan ketika terpilih kami juga yakin beliau akan membawa Indonesia jauh lebih baik," tandasnya.

Kelebihan yang dimiliki oleh Prabowo, disebut Wakil Ketua Komisi II DPR ini, tidak dimiliki oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia kemudian mengungkapkan berbagai kelemahan Jokowi selama menduduki kursi RI satu. "Iya Pak Jokowi memang banyak kelemahan-kelemahannya. Seperti tidak bisa mengangkat ekonomi," paparnya.

Selain masalah ekonomi, Riza juga mencontohkan bagaimana pemerintahan Jokowi tidak tegas dalam menerapkan hukum. Ia menilai, hukum di rezim sekarang hanya tegas terhadap orang-orang yang kontra pemerintah, sedangkan yang berada satu kubu dengan Jokowi, tidak tersentuh oleh hukum.

"Tidak tegas penerapan hukum, tebang pilih, kita bisa lihat banyak masalah-masalah hukum. Kalau kelompok-kelompok yang mengkritisi pemerintah ditangkap tanpa landasan hukum yang jelas ditangkap-tangkapin, siapapun yang berani mengkritisi pemerintah dihukum, ditangkap, di adili," pungkasnya.

"Tapi sebaliknya kalau membantu pemerintah, sekalipun salah tetap dipertahankan dan tidak ditangkap.
Jadi orang akhirnya berpikir siapa yang bela pemerintah, mau salah pun tidak ada masalah. Sebaliknya menegakkan kebenaran keadilan tapi kemudian mengkritisi pemerintah ditangkap," tutup Riza.

Ini Keunggulan Prabowo dan Kelemahan Jokowi di Mata Gerindra



Info2Detik - Panitia Deklarasi #2019GantiPresiden di Surabaya menggelar jumpa pers untuk aksinya pada Minggu (26/8) di Tugu Pahlawan. Acara yang digelar di Jalan Kranggan itu mengundang Ahmad Dhani. Namun acara itu diluruk mahasiswa.

Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Peduli Jawa Timur tersebut berteriak menolak kegiatan deklarasi tersebut. Mereka berteriak-teriak saat Ahmad Dhani sedang diwawancarai awak media.

"Tolak deklarasi #2019GantiPresiden," teriak beberapa perwakilan Aliansi Pemuda Peduli Jawa Timur saat Ahmad Dhani sedang diwawancarai di Jalan Kranggan, Surabaya, Sabtu (25/8/2018).

Tak hanya berteriak saja, beberapa mahasiswa juga membawa karton yang bertuliskan penolakan deklarasi #2019GantiPresiden. Mahasiswa juga menolak kedatangan Ahmad Dhani melalui poster yang berbunyi 'Menolak kedatangan Ahmad Dhani di Surabaya dan Ahmad Dhani mengotori kondusivitas Surabaya'. Mahasiswa yang datang ini kemarin juga sempat melakukan hal yang sama di depan Mapolda Jatim. Alasannya mereka ingin situasi yang kondusif di Jawa Timur tetap terjaga.

"Saya ingin Jawa Timur tetap kondusif, untuk itu jangan ada lagi aksi-aksi yang menimbulkan kegaduhan dan memecah belah antargolongan," ujar salah satu perwakilan mahasiswa, Iwan.

Ahmad Dhani pun menanggapinya dengan santai. "Sudah biarkan saja," ujarnya di sela wawancara.

Para mahasiswa berteriak dan meminta relawan tidak mendahului start kampanye, Ahmad Dhani mengatakan jika deklarasi ini bukanlah kampanye, melainkan aksi menyuarakan aspirasi.

"Kami ini bukan kampanye, kami cuma melakukan aksi," kata Dhani.

Bicara Deklarasi #2019GantiPresiden, Ahmad Dhani Didemo Mahasiswa



Info2Detik - Raja Dangdut Rhoma Irama siap mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga selama masa kampanye Pemilu 2019. Ia mengatakan, akan menyumbangkan keahliannya untuk berkontribusi bagi pemenangan pasangan itu.

"Profesi saya kan sebagai musikus dan mubalig, profesi yang saya miliki itu cara mendukung. Tentunya dengan profesi saya. Manggung itu pasti," ujar Rhoma Irama usai Salat Jumat bersama Sandiaga Uno di Mampang, Jakarta Selatan, Jumat (22/8/2018).

Sandiaga yang berada di sebelahnya langsung menimpali. Ia menanyakan kesiapan Rhoma manggung di lebih dari 10 titik kampanye.

"Siap 15 titik ya, 10 sampai 30 lagu ya, pakai lipsync enggak? Sungguh terlalu," timpal Sandiaga dengan tawa.

Rhoma memastikan akan total mendukung Prabowo-Sandiaga. Ia bahkan akan menyiapkan sebuah lagu untuk digunakan di masa kampanye.

"All out pasti, lagu 'Insyaallah', Padi ya Prabowo-Sandi," jelas Rhoma.

Rhoma melanjutkan, dukungan kepada Prabowo-Sandi juga ditempuh lewat posisinya sebagai pimpinan Organisasi Forum Silaturahmi Indonesia. Menurut dia, organisasi tersebut sudah cukup besar dengan kantor cabang forum yang tersebut 34 Provinsi di seluruh Indonesia.

"Saya juga sebagai pimpinan organisasi, juga akan ikut mendukung," tandas Rhoma.

Rhoma Irama Siapkan Lagu untuk Dukung Prabowo-Sandiaga



Info2Detik - Bakal calon wakil presiden Sandiaga Uno mengatakan, berkumpul, berserikat dan berpendapat di muka umum dalam koridor hukum sudah dijamin dalam undang-undang.

"Tentunya kebebasan kita untuk berkumpul, berserikat dalam koridor hukum sudah dijamin dalam UU," kata Sandiaga di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu, 25 Agustus 2018.

Hal itu dikemukakan Sandiaga merespons soal rencana Deklarasi Relawan Ganti Presiden di Tugu Pahlawan Surabaya, Jawa Timur, Minggu, 26 Agustus 2018 yang tak mendapat izin dari Polda Jawa Timur.

"Tentunya kebebasan kita untuk berkumpul, berserikat dalam koridor hukum sudah dijamin dalam UU," kata Sandiaga di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu, 25 Agustus 2018.

Hal itu dikemukakan Sandiaga merespons soal rencana Deklarasi Relawan Ganti Presiden di Tugu Pahlawan Surabaya, Jawa Timur, Minggu, 26 Agustus 2018 yang tak mendapat izin dari Polda Jawa Timur.

"Tentunya kita berharap demokrasi kita menghasilkan demokrasi yang memberikan ruang kepada semua pihak untuk mengungkapkan pendapatnya selama masih dalam koridor itu," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera mengatakan, pihaknya tidak mengeluarkan surat izin kepada pihak penggelar acara Deklarasi Ganti Presiden itu.

Ada tiga alasan polisi tidak memberikan izin. Pertama, kata Barung, di hari deklarasi itu bersamaan dengan hari libur. Kedua, kegiatan tersebut dikhawatirkan mengganggu kepentingan publik. "Dan yang penting demi kepentingan Kamtibmas, sebab di satu sisi ada juga kelompok yang mengajukan STTP menolak kegiatan tersebut," ujar Barung.

Soal Deklarasi Ganti Presiden, Sandi: Kebebasan Berkumpul Dijamin UU



Info2Detik - Kepolisian Daerah Jawa Timur tidak mengeluarkan izin acara Deklarasi 2019 Ganti Presiden di Tugu Pahlawan Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu, 26 Agustus 2018. Namun pihak panitia tetap akan menggelar acara itu. Alasannya, polisi sudah diberitahu dan semestinya membantu pengamanan.

"Jadi digelar (Deklarasi Ganti Presiden)," kata juru bicara Deklarasi Ganti Presiden, Tjethep M Yasin, dihubungi VIVA pada Sabtu, 25 Agustus 2018.

Dia menjelaskan, persiapan acara itu sudah matang dan diperkirakan akan dihadiri oleh sekira seribu orang. Sejumlah tokoh nasional akan hadir berorasi, di antaranya Neno Warisman dan Ahmad Dhani. "Mas Dhani sekarang sudah ada di sini," ujar Tjetjep.

Bagaimana dengan izin kepolisian? Tjetjep mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada pihak Kepolisian jauh hari sebelumnya. "Surat kita itu surat pemberitahuan, bukan surat minta izin. Jadi tidak perlu izin," katanya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera, mengatakan bahwa pihaknya tidak mengeluarkan surat izin kepada pihak penggelar acara Deklarasi Ganti Presiden di Tugu Pahlawan. Dia tak menjelaskan apa yang akan dilakukan kepolisian jika acara itu tetap digelar.

Ada tiga alasan polisi tidak memberikan izin pada kegiatan Deklarasi Ganti Presiden 2019 itu. Pertama, kata Barung, di hari deklarasi bersamaan dengan hari libur. Kedua, kegiatan tersebut dikhawatirkan mengganggu kepentingan publik. "Dan yang penting demi kepentingan Kamtibmas, sebab di satu sisi ada juga kelompok yang mengajukan STTP menolak kegiatan tersebut," ujar Barung.

Tak Dapat Izin Polisi, Ahmad Dhani Gelar Deklarasi Ganti Presiden



2Detik - Seorang mahasiswa harus berurusan dengan polisi lantaran menganiaya rekannya sendiri di Makassar. Pelaku bernama Astra Putra Lebang (22) menganiaya Nuan Matasik (20) dengan cara memukul bagian wajah hingga mengalami luka lebam.

"Penangkapan pelaku berawal saat mendapatkan informasi melalui via telepon di Kampung Rama telah terjadi penganiayaan. Selanjutnya anggota langsung menuju TKP serta menginterogasi korban guna melakukan pencarian keberadaan pelaku. Tanpa waktu yang lama, anggota langsung menuju Jalan Antariksa dan berhasil mengamankan pelaku," kata Kapolsek Panakkukang Kompol Ananda Fauzi di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (24/8/2018).

Penganiayaan ini dilakukan pelaku hanya karena tak terima baut pelat motor miliknya diambil oleh korban tanpa sepengetahuan pelaku. Korban memasang baut tersebut ke motor miliknya.

"Pelaku Astra juga mengakui melakukan penganiayaan karena pelaku tidak terima karena korban mengambil baut pelat motor pelaku tanpa sepengetahuan pelaku dan menggunakan baut tersebut di motor korban sehingga terjadi cekcok mulut hingga berujung penganiayaan," jelas Ananda.

Kini pelaku dibawa ke Polsek Panakkukang, Makassar, guna pemeriksaan dan penyelidikan lebih lanjut. Pelaku dijerat dengan Pasal 351 tentang penganiayaan dengan ancaman kurungan 2 tahun penjara.

Hanya Karna Baut Motor, Mahasiswa Aniaya Temannya Sampai Babak Belur



2Detik - Akun Twitter dari Rusia dicurigai mempengaruhi perdebatan tentang keamanan vaksin saat pemilu di Amerika Serikat (AS) pada 2016. Peneliti dari AS baru saja menerbitkan laporan mengenai hal tersebut.

"Apakah Anda tahu ada database rahasia pemerintah # anak-anak yang rusak akibat vaksin? #VaccinateUS," tulis salah satu dari cuitan yang disebutkan dalam American Journal of Public Health seperti dikutip dari AFP, Sabtu (25/8/2018).


Peneliti dari George Washington University, Universitas Maryland dan Universitas Johns Hopkins mempelajari frekuensi penyebutan vaksin oleh akun yang dicurigai sebagai bot otomatis, atau akun yang terkait dengan kampanye propaganda Rusia, khususnya Badan Riset Internet yang terkait dengan Kremlin. Hasilnya, peneliti tidak menemukan banyak cuitan tentang vaksin seperti saat pemilu 2016.

Penelitian tersebut menunjukkan komunikasi kesehatan menjadi senjata seperti vaksin, termasuk isu disinformasi dari kekuatan asing. Selain itu, topik kontroversial lainnya seperti senjata, agama, dan imigrasi, pesan-pesan itu dibagi secara merata antara yang pro dan anti vaksin

Banyak akun yang terkait telah ditutup. Akun-akun yang diidentifikasi dalam penelitian itu diketahui mengirim spam, atau diberi nama oleh Kongres atau NBC News sebagai milik akun dari Rusia.

Akun Medsos dari Rusia Dicurigai Sebar Isu Vaksin



Relawan Garda Nasional untuk Rakyat (GNR), yang merupakan basis pendukung mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, menyatakan dukungannya terhadap Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2019. Jokowi pun menyambut baik dukungan itu.

"Ya bagus, bagus," kata Jokowi di kantor PGI, Salemba, Jakarta Pusat, Jumat (24/8/2018).

Sementara itu, terkait dengan siapa ketua Tim Kampanye Nasional untuk dirinya dan KH Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019, Jokowi juga belum mau mengumumkan. Dia meminta publik untuk bersabar.

"Belum. Nanti kalau sudah selesai, barulah kita umumin," katanya.

GNR sebelumnya menyatakan sikap mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019. GNR bakal berkomunikasi dengan Gatot supaya mantan Panglima TNI itu juga mau mendukung Jokowi.

Pernyataan sikap dukungan GNR untuk Jokowi-Ma'ruf ini digelar di Cafe Kopi Politik, Jl Pakubuwono, Kebayoran Baru, Jakarta Pusat, Kamis (23/8) siang. "Kami menyatakan, satu, mendukung, memperjuangkan, dan memenangkan Bapak Joko Widodo dan Bapak Kiai Haji Ma'ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden periode 2019-2024 dengan cara adil, beradab, dan bermartabat," kata Koordinator Presidium Nasional GNR Dondi Rivaldi.

Dapat Dukungan dari Pendukung Gatot Nurmantyo, Jokowi: GOOD!